Sabtu, 26 Maret 2016

4. Lantai keramik

Sering kita dengar rumah yang lantainya menggunakan penutup Lantai Keramik Homogeneous Tile. Nah, apakah arti, pengertian, maksud ataupun definisi homogenous tile itu ? Homogenous tile ialah material lantai atau dinding yang dibuat dari bahan tanah liat, kaolin dan silika yang dilebur menjadi satu sehingga menjadi homogen. Lalu campuran homogenous tile dibakar menggunakan panas suhu tinggi mencapai 1200 derajat celcius agar dapat menghasilkan material yang ber-kekuatan yang tinggi.
pemasangan keramik homogeneous tileSalah satu kelebihan material ini adalah motifnya Keramik Homogeneous Tileyang beragam, ada yang polos, yang bermotif marmer, sampa motif granit. Biasanya produsen membuat berdasarkan trend saat itu. Merk ternama yang yang memproduksi dan menjual keramik homogeneous ini adalah seperti Ezzensa, Granito, Impero, Niro Granite, dll. Lantai homogeneous tile ini di pasaran tersedia dalam ukuran seperti 60 x 60 cm, 80 x 80 cm, dan bahkan ada yang berukuran 120 x 120 cm. Selain beragamnya ukuran, material ini semakin banyak diproduksi dan tentunya semakin terjangkau pula harganya.
Dengan banyaknya tersedia motif keramik homogeneous tile ini, maka hampir cocok untuk semua konsep arsitektur dimulai dari desain minimalis modern, klasik, mediteranian, desain tradisional dan lain-lain. Kelebihan Keramik Homogeneous Tile ini selain ukurannya yang presisi, biasanya anti gores atau sangat sulit tergores. Tentang hal yang tidak diduga, kalaupun tergores, maka masih bisa diatasi dengan memolesnya dengan alat tertentu. Maksud memoles disini adalah mengikis permukaan yang tergores agar bisa kembali halus, dan motif tak akan berubah karena Lantai Keramik Homogeneous Tile terbuat dari material ini adalah bentuk yang solid.
Ulasan tentang atau mengenai lantai keramik homogeneous tile, harga, kelebihan untuk Anda yang ingin mengetahuinya.

Sumber :
http://www.archipost.com/lantai-keramik-homogeneous-tile/

3. Kanopi

TIPS
Memilih Kanopi yang tepat mungkin bisa menjadi pilihan terbaik untuk memperindah desain rumah, serta menambah kecantikan rumah tanpa harus mengubah rumah secara keseluruhan. Selain itu kegunaan kanopi juga memiliki fungsi yang tidak kalah pentingnya, selain menutupi bagian rumah dari hujan, kanopi juga melindungi dan menutupi bagian rumah dari panasnya terik matahari. Dengan begitu, kitapun bisa menikmati bagian sisi rumah yang tertutup kanopi tanpa harus takut kehujanan ataupun kepanasan karena terik matahari. Tentunya anda sangat ingin agar kanopi tetap awet dan kuat. Nah, untuk menjaga agar kanopi awet ada kiat dan teknik khusus untuk memasang kanopi.
Saat ingin mengaplikasikan kanopi pada jendela atau pintu, anda harus menyesuaikannya dengan ukuran jendela. Artinya, ukuran Kanopi rumah minimaliskanopi haruslah lebih lebar dari jendela atau pintu. Semakin lebar kanopi maka jendela akan semakin terlindungi. Tapi harus juga dibarengi dengan banyak unsur tanaman di sekitar rumah, yang membantu menyejukkan udara dalam rumah dan sekitar rumah.
Pilih atap kanopi yang terbuat dari Polycarbonate asli. Tujuannya adalah agar kanopi tidak mudah pecah setelah dipasang. Jika mudah pecah, air hujan akan mudah masuk dan mengenai konstruksi yang terbuat dari stainless steel atau besi. Akibatnya, akan kelihatan kotor dan berkerak. Stainless Steel dengan kadar rendah akan mudah berkarat, apalagi jika menggunakan konstruksi besi akan sangat mudah berkarat jika terkena air hujan.
Dalam memilih desain kanopi, sebaiknya sesuaikanlah model kanopi dengan model bangunan rumah. Misalnya, model rumah modern biasanya berkanopi dengan jenis sederhana seperti dak beton tanpa banyak hiasan. Sementara itu, model gaya klasik atau mediterania biasanya menggunakan kanopi yang memiliki lis profil yang memperindahnya.
Menurut estetika, bangunan kanopi biasanya menjadi elemen pelengkap yang memperindah bangunan. Begitupun saat penghuni mengaplikasikan cahaya pada kanopi. Lampu bisa diletakkan di bagian bawah yang menghadap jendela atau pintu. Cahaya putih yang cenderung kuning karena efek lampu bisa memberikan kesan hangat dan nyaman untuk area di bawah kanopi.

sumber :
http://belajarsendiri.com/pentingnya-memilih-kanopi-rumah-kiat-tips-memasang/

2. Aspal


1.Definisi aspal
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan. (Sukirman,S., 2003).

Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama sama material lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan tergantung dari waktu pembebanan. ( The Blue Book–Building & Construction, 2009)

2. Jenis aspal
Aspal Alam :- Aspal Gunung (Rock Asphalt)
ex : Aspal P. Buton
- Aspal Danau (Lake Asphalt)
ex : Aspal Bermudez, Trinidad

Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton, dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. 

Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :1) Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt.2) Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstrasi atau proses kimiawi

Aspal Buatan :Aspal Minyak
Merupakan hasil destilasio minyak bumi 

Berdasarkan jenis bahan dasarnya
  • Asphaltic base crude oil
  • Bahan dasar dominan aspaltic
  • Parafin base crude oil
  • Bahan dasar dominan parafin
  • Mixed base crude oil
  • Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin
Berdasarkan bentuknya
  • Aspal keras/panas (Asphalt cemen)
aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya)
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
    -  AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50 
    -  AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
    -  AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
    -  AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.
  • Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)
aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi
*) Pada suhu ruang berbentuk cair 
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
1.  RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC 
merupakan curback asphal  yang paling cepat menguap.        
RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2.  MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah  (Kerosine). MC merupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3.  SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut back asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt  digunakan sebagai:
- Prime  coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600 (makin kental)
ex :  
RC 30 – 60              MC 30 – 60                SC 30 – 60
RC 70 – 140            MC 70 – 140              SC 70 - 140
  • Aspal emulsi (emulsion asphalt)
aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin dan cair
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi
Jenis- Jenis Aspal
*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-) Annion
*) Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi muatan listrik.
Jenis- Jenis Aspal
*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik,     
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang     bermuatan arus listrik posirif
2. Anionik, 
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang     bermuatan negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti        tidak     mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik dan kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas 
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan   pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk  
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,    Digunakan Sebagai Prime coat
  • Aspal Buton
Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton, Indonesia.
Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk bantuan.
Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas  B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal Buotn B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%)

3. Manfaat dan kegunaan aspal

a. Jalan aspal,
b. Dasar pondasi dan subdasar,
c. Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng, jembatan-jembatan, dan bidang parkir,
d. Tambalan lubang di jalanan,
e. Jalan dan penutup tanah,
f. Atap bangunan, dan
g. Minyak bakar
Sumber :
http://civilkitau.blogspot.co.id/2014/03/jenis-jenis-aspal.html
https://evaervina.wordpress.com/2013/01/09/pengertian-aspal/

Sabtu, 12 Maret 2016

1 . Rel KA Citayam






Prinsip kerja rel KA
Rel KA terbuat dari baja begitupun dengan roda ka . Kontruksi pada rel KA sedikit lebih rumit karena rel KA harus kuat untuk menopang KA yang memiliki beban sangat berat dan dilewati beberapa kali serta dapat dilewati dengan cepat dan memberi rasa aman dan nyaman.
pada bagan di atas, pada dasarnya konstruksi jalan rel KA terdiri atas 2 bagian. Bagian bawah adalah Track Foundation atau Lapisan Landasan/Pondasi, dan bagian atas adalah Rail Track Structure atau Struktur Trek Rel.Prinsipnya, jalan rel KA harus dapat mentransfer tekanan yang diterimanya dengan baik yang berupa beban berat (axle load) dari rangkaian KA melintas. Dalam arti, jalan rel KA harus tetap kokoh ketika dilewati rangkaian KA, sehingga rangkaian KA dapat melintas dengan cepat, aman, dan nyaman. Roda-roda KA yang melintas akan memberikan tekanan berupa beban berat (axle load) ke permukaan trek rel. Oleh batang rel (rails) tekanan tersebut diteruskan ke bantalan (sleepers) yang ada dibawahnya. Lalu, dari bantalan akan diteruskan ke lapisan ballast dan sub-ballast di sekitarnya. Oleh lapisan ballast, tekanan dari bantalan ini akan disebar ke seluruh permukaan tanah disekitarnya, untuk mencegah amblesnya trek rel.

Konstruksi Jalan Rel Kereta Api
1. FORMATION LAYER
Formation layer merupakan perkerjaan pemadatan tanah sebagai pondasi trek rel KA. Formation layer ini dipersiapkan sebagai tempat ditaburkannya lapisan ballast. Lapisan ini berupa campuran tanah, pasir, dan lempung yang diatur tingkat kepadatan dan kelembapan airnya. Pada Negara-negara maju yang lintasan KA-nya sangat padat, ditambahkan lapisan Geotextile di bawah formation layer. Geotextile adalah material semacam kain yang bersifat permeable yang terbuat dari polipropilena atau polyester yang berguna untuk memperlancar drainase dari atas ke bawah (subgrade ke subsoil), dan sekaligus memperkuat formation layer.
2. SUB-BALLAST DAN BALLAST
Lapisan ini disebut pula sebagai Tack Bed, karena fungsinya sebagai tempat pembaringan trek rel KA. Lapisan Ballast merupakan suatu lapisan berupa batu-batu berukuran kecil yang ditaburkan di bawah trek rel, tepatnya di bawah, samping, dan sekitar bantalan rel (sleepers). Bahkan terkadang dijumpai bantalan rel yang “tenggelam” tertutup lapisan ballast, sehingga hanya terlihat batang relnya saja.
Fungsi lapisan ballast adalah:
  1. untuk meredam getaran trek rel saat rangkaian KA melintas,
  2. menyebarkan axle load dari trek rel ke lapisan landasan di bawahnya, sehingga trek rel tidak ambles,
  3. menjaga trek rel agar tetap berada di tempatnya,
  4. sebagai lapisan yang mudah direlokasi untuk menyesuaikan dan meratakan ketinggian trek rel (Levelling),
  5. memperlancar proses drainase air hujan,
  6. mencegah tumbuhnya rumput yang dapat mengganggu drainase air hujan.
Ballast yang ditabur biasanya adalah batu kricak (bebatuan yang dihancurkan menjadi ukuran yang kecil) dengan diameter sekitar 28-50 mm dengan sudut yang tajam (bentuknya tidak bulat). Ukuran partikel ballast yang terlalu kecil akan mengurangi kemampuan drainase, dan ukuran yang terlalu besar akan mengurangi kemampuannya dalam mentransfer axle load saat rangkaian KA melintas. Dipilih yang sudutnya tajam untuk mencegah timbulnya rongga-rongga di dalam taburan ballast, sehingga lapisan ballast tersebut susunannya menjadi lebih rapat.
Ballast ditaburkan dalam dua tahap. Pertama saat sebelum perakitan trek rel, yakni ditaburkan diatas formation layer dan menjadi track bed atau “kasur” bagi bantalan rel, agar bantalan tidak bersentuhan langsung dengan lapisan tanah. Karena jika bantalan langsung bersentuhan dengan tanah (formation layer) bisa-bisa bantalan tersebut akan ambles, karena axle load yang diterima bantalan langsung menekan frontal ke bawah karena ketiadaan ballast untuk menyebarkan axle load. Kedua ketika trek rel selesai dirakit, untuk menambah ketinggian lapisan ballast hingga setinggi bantalan, mengisi rongga-rongga antarbantalan, dan di sekitar bantalan itu sendiri. Ballast juga ditabur disisi samping bantalan hingga jarak minimal 50cm dengan kemiringan (slope) tertentu sehingga membentuk “bahu” ballast yang berfungsi menahan gerakan lateral dari trek rel.Pada kasus tertentu, sebelum ballast, ditaburkan terlebih dahulu lapisan sub-ballast, yang berupa batu kricak yang berukuran lebih kecil. Fungsinya untuk memperkuat lapisan ballast, meredam getaran saat rangkaian KA lewat, dan sekaligus menahan resapan air dari lapisan blanket dan subgrade di bawahnya agar tidak merembes ke lapisan ballast.
Ketebalan lapisan ballast minimal 150 mm hingga 500 mm, karena jika kurang dari 150 mm menyebabkan mesin pecok ballast (Plasser and Theurer Tamping Machine) justru akan menyentuh formation layer yang berupa tanah, sehingga bercampurlah ballast dengan tanah, yang akan mengurangi elastisitas ballast dalam menahan trek rel dan mengurangi kemampuan drainasenya.Secara periodik, dilakukan perawatan terhadap lapisan ballast dengan dibersihkan dari lumpur dan debu yang mengotorinya, dipecok, atau bahkan diganti dengan yang baru. Untuk itu, dilakukan perawatan dengan mesin khusus yang diproduksi oleh Plasser and Theurer Austria. Di Indonesia ada mesin pemecok ballast (Ballast Tamping Machine) untuk mengembalikan ballast yang telah bergeser ke tempatnya semula, sekaligus merapatkan lapisan ballast di bawah bantalan agar bantalan tidak bersinggungan langsung dengan tanah.
5
Intinya lapisan ballast harus (1) rapat, (2) bersih tidak bercampur tanah dan lumpur, (3) harus ada di bawah bantalan (karena kalau bantalan langsung bersinggungan dengan tanah, akan mengurangi kestabilan jalan rel KA), dan juga (4) elastis (elastis bukan dalam arti material ballastnya yang elastis, tetapi formasi/susunannya yang tidak kaku, dapat bergerak-gerak sedikit) sehingga dapat “mencengkeram” bantalan rel saat rangkaian KA lewat.
Komponen Penyusun Rel Kereta Api
Setelah lapisan landasan sebagai pondasi jalan rel KA selesai dibangun, tahap berikutnya adalah membangun trek rel KA. Perlu diketahui bahwa pada setiap komponen mempengaruhi kualitas rel KA itu sendiri. Gambar di bawah ini adalah skema konstruksi jalan rel KA beserta komponen-komponennya.
11
1. BATANGAN BESI BAJA
Batang rel terbuat dari besi ataupun baja bertekanan tinggi, dan juga mengandung karbon, mangan, dan silikon. Batang rel khusus dibuat agar dapat menahan beban berat (axle load) dari rangkaian KA yang berjalan di atasnya. Inilah komponen yang pertama kalinya menerima transfer berat (axle load) dari rangkaian KA yang lewat. Tiap potongan (segmen) batang rel memiliki panjang 20-25 m untuk rel modern, sedangkan untuk rel jadul panjangnya hanya 5-15 m tiap segmen. Batang rel dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan berat batangan per meter panjangnya.
Di Indonesia dikenal 4 macam batang rel, yakni R25, R33, R42, dan R54. Misalkan, R25 berarti batang rel ini memiliki berat rata-rata 25 kilogram/meter. Makin besar “R”, makin tebal pula batang rel tersebut.Berikut ini daftar rel yang digunakan di Indonesia menggunakan standar UIC dengan Standar:
  • Rel 25 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 25 kilogram (kg).
  • Rel 33 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 33 kilogram (kg).
  • Rel 41 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 41 kilogram (kg).
  • Rel 42 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 42 kilogram (kg).
  • Rel 50 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 50 kilogram (kg).
  • Rel 54 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 54 kilogram (kg).
  • Rel 60 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 60 kilogram (kg).
Perbedaan tipe batang rel mempengaruhi beberapa hal, antara lain (1) besar tekanan maksimum (axle load) yang sanggup diterima rel saat KA melintas, dan (2) kecepatan laju KA yang diijinkan saat melewati rel. Semakin besar “R”, maka makin besar axle load yang sanggup diterima oleh rel tersebut, dan KA yang melintas di atasnya dapat melaju pada kecepatan yang tinggi dengan stabil dan aman.
Tipe rel paling besar yang digunakan di Indonesia adalah UIC R54) yang digunakan untuk jalur KA yang lalu lintasnya padat, seperti lintas Jabodetabek dan lintas Trans Jawa. Tak ketinggalan lintas angkutan batubara di Sumsel-Lampung yang memiliki axle load paling tinggi di Indonesia.
2. BANTALAN REL
Bantalan rel (sleepers) dipasang sebagai landasan dimana batang rel diletakkan dan ditambatkan. Berfungsi untuk (1) meletakkan dan menambat batang rel, (2) menjaga kelebaran trek (track gauge, adalah ukuran lebar trek rel. Indonesia memiliki track gauge 1067 mm) agar selalu konstan, dengan kata lain agar batang rel tidak meregang atau menyempit, (3) menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA, sekaligus (4) mentransfer axle load yang diterima dari batang rel dan plat landas untuk disebarkan ke lapisan batu ballast di bawahnya.
Oleh karena itu bantalan harus cukup kuat untuk menahan batang rel agar tidak bergesar, sekaligus kuat untuk menahan beban rangkaian KA. Bantalan dipasang melintang dari posisi rel pada jarak antarbantalan maksimal 60 cm. Ada tiga jenis bantalan, yakni :
(1) Bantalan Kayu (Timber Sleepers), terbuat dari batang kayu asli maupun kayu campuran, yang dilapisi dengan creosote (minyak pelapis kayu) agar lebih awet dan tahan jamur
(2) Bantalan Plat Besi (Steel Sleepers), merupakan bantalan generasi kedua, lebih awet dari kayu. Bantalan besi tidak dipasang pada trek yang ter-eletrifikasi maupun pada trek yang menggunakan persinyalan elektrik
(3) Bantalan Beton Bertulang (Concrete Sleepers), merupakan bantalan modern saat ini, dan paling banyak digunakan karena lebih kuat, awet, murah, dan mampu menahan beban lebih besar daripada dua bantalan lainnya.
bantalan 1
Perbandingan umur bantalan rel KA yang dipergunakan dalam keadaan normal dapat ditaksir sebagai berikut :
  • Bantalan kayu yang tidak diawetkan: 3-15 tahun.
  • Bantalan kayu yang diawetkan: 25-40 tahun.
  • Bantalan besi baja: sekitar 45 tahun.
  • Bantalan beton: diperkirakan 60 tahun.
3. PLAT LANDAS
Pada bantalan kayu maupun besi, di antara batang rel dengan bantalan dipasangi Tie Plate (plat landas), semacam plat tipis berbahan besi tempat diletakkannya batang rel sekaligus sebagai lubang tempat dipasangnya Penambat (Spike). Sedangkan pada bantalan beton, dipasangi Rubber Pad, sama seperti Tie Plate, tapi berbahan plastik atau karet dan fungsinya hanya sebagai landasan rel, sedangkan lubang/tempat dipasangnya penambat umumnya terpisah dari rubber pad karena telah melekat pada beton.
Fungsi plat landas selain sebagai tempat perletakan batang rel dan juga lubang penambat, juga untuk melindungi permukaan bantalan dari kerusakan karena tindihan batang rel, dan sekaligus untuk mentransfer axle load yang diterima dari rel di atasnya ke bantalan yang ada tepat dibawahnya.
bantalan 2
4. PENAMBAT REL
Fungsinya untuk menambat/mengaitkan batang rel dengan bantalan yang menjadi tumpuan batang rel tersebut, agar (1) batang rel tetap menyatu pada bantalannya, dan (2) menjaga kelebaran trek (track gauge). Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan dan tipe batang rel yang digunakan. Ada dua jenis penambat rel, yakni Penambat Kaku dan Penambat elastis.
Penambat kaku misalnya paku rel, mur, baut, sekrup, atau menggunakan tarpon yang dipasang menggunakan pelat landas. Umumnya penambat kaku ini digunakan pada jalur kereta api tua. Karakteristik dari penambat kaku adalah selalu dipasang pada bantalan kayu atau bantalan besi. Penambat kaku kini sudah tidak layak digunakan untuk jalan rel dengan frekuensi dan axle load yang tinggi. Namun demikian tetap diperlukan sebagai penambat rel pada bantalan kayu yang dipasang pada jalur wesel, jembatan, dan terowongan.
bantalan 3
Penambat elastis dibuat untuk menghasilkan jalan rel KA yang berkualitas tinggi, yang biasanya digunakan pada jalan rel KA yang memiliki frekuensi dan axle load yang tinggi. Karena sifatnya yang elastis sehingga mampu mengabsorbsi getaran pada rel saat rangkaian KA melintas, oleh karena itu perjalan KA menjadi lebih nyaman dan dapat mengurangi resiko kerusakan pada rel maupun bantalannya. Selain itu penambat elastis juga dipakai pada rel yang disambungan dengan las termit (istilahnya Continuous Welded Rails, karena sambungan rel dilas sehingga tidak punya celah pemuaian) karena kemampuannya untuk menahan batang rel agar tidak bergerak secara horizontal saat pemuaian. Penambat elastis inilah yang sekarang banyak digunakan, terutama pada bantalan beton, meskipun ada juga yang digunakan pada bantalan kayu dan bantalan besi.
Berbagai macam penambat elastis, antara lain:
  1. Penambat Pandrol E-Clip produksi Pandrol Inggris
  2. Penambat Pandrol Fastclip produksi Pandrol Inggris
  3. Penambat Kupu-kupu produksi Vossloh
  4. Penambat DE-Clip produksi PT. Pindad Bandung
  5. Penambat KA Clip produksi PT. Pindad Bandung.
Yang digunakan di Indonesia adalah E-Clip, DE-Clip, dan KA Clip.
bantalan 4
5. PLAT BESI PENYAMBUNG

Merupakan plat besi dengan panjang sekitar 50-60 cm, yang berfungsi untuk menyambung dua segmen/potongan batang rel. Pada plat tersebut terdapat 4 atau 6 lubang untuk tempat skrup/baut (Bolt) penyambung serta mur-nya (Nut). Batang rel biasanya hanya memiliki panjang sekitar 20-25 meter tiap potongnya, sehingga perlu komponen penyambung berupa plat besi penyambung beserta bautnya. Pada setiap sambungan rel, terdapat celah pemuaian (Expansion Space), sehingga saat rangkaian KA lewat akan terdengar bunyi “jeg-jeg…jeg-jeg” dari bunyi roda KA yang melewati celah pemuaian tersebut.
Penyambungan rel menggunakan komponen-komponen di atas dikenal sebagai Metode Sambungan Tradisional (Conventional Jointed Rails). Sedangkan dewasa ini telah dikenal metode penyambungan rel dengan Las Termit, yang disebut dengan Continuous Welded Rails (CWR). Dengan metode CWR, tiap 2 sampai 4 potong batang rel dapat dilas menjadi satu rel yang panjang tanpa diberi celah pemuaian, sehingga tiap CWR memiliki panjang sekitar 40-100 m.
CWR biasanya diterapkan pada jalur dengan kecepatan laju KA yang tinggi, karena permukaan rel menjadi lebih rata dan halus sehingga rangkaian KA dapat lewat dengan lebih nyaman. Penerapan CWR juga mengurangi resiko rusaknya roda KA, karena roda KA akan “njeglong” atau “tersandung” saat melewati celah pemuaian. Lalu bagaimana dengan pemuaian batang rel? hal ini dapat disiasati dengan menggunakan penambat elastis yang mampu menahan gerakan pemuaian batang rel (gerakan mendatar dimana batang rel akan meregang saat panas dan menyusut saat dingin). Jika penambatnya berupa penambat kaku, bisa disiasati dengan memasang rail anchor.
bantalan 5
6. RAIL ANCHOR
Satu lagi komponen trek rel KA yakni rail anchor (anti creep). Rail anchor digunakan pada rel yang disambung secara CWR. Fungsinya untuk menahan gerakan pemuaian batang rel, karena pada sambungan CWR tidak terdapat celah pemuaian.
Pada gambar di bawah, rail anchor dipasang di bawah permukaan batang rel tepat disamping bantalan agar dapat menahan gerakan pemuaian rel. Rail anchor tidak dipasang pada rel yang ditambat dengan penambat elastic, karena fungsinya sama seperti penambat elastis, yakni untuk mencegah gerakan pemuaian batang rel. Jadi, rail anchor dipasang bersama dengan penambat kaku pada bantalan kayu atau besi.
bantalan 6
 

sumber : https://hendriyana90.wordpress.com/konstruksi-rel-kereta-api/